Revenue dan cost selalu menjadi isu hangat CEO Perusahaan hal ini terkait dengan keberlanjutan bisnis yang di jalankan.
Idealnya aset yang dimiliki 70% menghasilkan revenue baik fasilitas maupun people sementara 30% merupakan cost yang harus ditanggung perusahaan.
Dibanyak perusahaan komposisi ini tidak tercapai dimana cosr centre nya lebih dominan dari revenue centrenya khususnya perusahaan yang beroperasi dengan monopoli pasar.
Teknologi dan traffic pelanggan sangat membantu banyak perusahaan merubah cost centre menjadi revenue centre.
Atas bantuan teknologi mesin ATM bank yang dulunya cost centre dan hanya untuk 1 layanan yaitu pengambilan uang berubah menjadi revenue centre dimana ATM juga berfungsi untuk multi pembayaran.
Malah salah satu bank memperoleh ratusan milyar dari fee transaksi multi pembayaran via atm ini.
Mesin kasir alfamart tidak lagi cost centre tapi sudah menjadi revenue centre setelah menerima ragam pembayaran dan pembelian secara elektronic.
Di rumah sakit di era JKN selain menerima tsunami pasien juga hadir berlipat jumlahnya dari pasien yaitu orang sehat. Jika 1 hari ada 1000 pasien dan 1 pasien diantar 4 orang maka dalam sehari rumah sakit di kunjungi oleh 1000 pasien dan 4000 orang sehat.
Kehadiran orang sehat dirumah sakit menjadi peluang tersendiri bagi manajemen untuk menghadirkan layanan bagi orang sehat.
Semisal. Unit Gizi yang merupakan cost centre dapat dikembangkan menjadi revenue centre dengan membuka layanan bagi orang sehat yang berada di poliklinik dan rawat inap melalui layanan makanan sehat.
Tentu bagi orang sehat ini menjadi nilai tersendiri bisa mencicipi makanan rumah sakit untuk orang sehat.
Di salah satu rumah sakit hal ini sudah mendatangkan omzet 100 milyar hanya dari kelola kantin sehat saja per tahunnya.
Tentu banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk merubah COST CENTRE menjadi REVENUE CENTRE.
Hal ini akan sangat membantu dalam peningkatan pendapatan dan efisiensi biaya perusahaan.
Komentar
Posting Komentar